Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 07 September 2015

FROM PRAU WITH LOVE

Liburan yang direncanakan tiba, sebagai wajarnya mahasiswa yang juga manusia biasa yang perlu sedikit waktu luang yang digunakan untuk sejenak melupakan hal-hal yang dianggap membebankan pikiran dan batin yang bisa menyebabkan serangan jantung,impotensi,gangguan pernapasan, kehamilan dan janin,LAH !

Oke serius, liburan kali ini gue bersama sahabat-sahabat memutuskan untuk melakukan trip ke gunung prau, dieng – wonosobo yang memiki ketinggian 2565 Mdpl. Ini liburan yang amat sangat terencana dan beruntungnya ini terealisasi, thanks God ! disini ceritanya gue sebagai pencetus rencana ini dan ternyata sahabat gue semuanya excited banget, dimulai dari sini gue mulai bikin coret coretan rundown,estimasi biaya dan tetek bengek-nya (tetek bengek : istilah yang gue tau dari bokap yang artinya “dan lain-lain”) kami semua sepakat trip ini akan diadakan pada 17 Agustus yang bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia, Yoi kita upacara di gunung men ! jujur bayangan gue udah keren banget upacara  digunung yang buat gue pribadi ini hal anti mainstream yang akan gue lakuin, Yeay !

Hal pertama yang gue lakukan adalah mencari informasi akses kesana dan ternyata ada 2 transportasi yang bisa dipilih, pakai bus atau kereta yang masing – masing punya keunnggulannya yaitu kalau pakai bus perjalanan 12 jam dari jakarta langsung sampai di wonosobo kalau pakai kereta bisa lebih dari 12 jam soalnya perlu transit di purwokerto  dan harus nyari kendaraan menuju wonosobo, intinya kalo ngebus gak perlu transit dan kalo ngekereta  wajib transit. kalo kekurangannya sih ada, humm tapi menurut gue apapun kekurangannya kalo dilakukan bersama sama pasti akan terasa ringan kok yaa berasa asik aja dan gak ngerasa jadi beban, percaya deh. Dan akhirnya kami sepakat milih transportasi kereta alasannya sih mau nyobain naik kereta, bukannya kita norak tapi rata-rata keseringan naik kereta sekitaran jabodetabek aja makanya mau nyobain yang luar jabodetabek sekalian.

Sabtu, 15 Agustus  2015 gue bersama yang lainnya berangkat tepat pukul 21.00 wib dari stasiun senen Jakarta,  biarpun kereta yang dinaikin kelas ekonomi overall suasananya nyaman dan aman kok selama perjalanan, gue pikir setelah subsidi untuk transportasi kereta di cabut sama pemerintah, kondisi transportasi ini bakalan jadi semerawut, ternyata enggak, rapih, itu kesannya buat transportasi kereta, hebat lah pokoknya. Menurut jadwal, kereta tiba di purwokerto minggu,16 Agustus 2015 pukul 08.45, sampai di stasiun purwokerto kami istirahat sebentar sambil nunggu jemputan mini bus yang akan antar kami ke wonosobo, waktu tempuh dari purwokerto ke wonosobo memakan waktu 3 jam akhirnya pukul 09.30 wib jemputan  datang dan kamipun bergegas berangkat, oiya tarif mini bus ini 35rb/org sampai wonosobo, dari wonosobo harus transit dan naik kendaraan lagi untuk sampai di dieng plateu atau patak banteng. Selama di perjalanan di bus ini kesannya tuh Horor ! gue baru tau ternyata supir bis disini kalo nyetir ugal ugalan setiap jalan ambil jalur kanan terus di depan ada motor yang berlawanan arah jalannya juga bodo amat, gas terus ! kata kerneknya, “itu motor bakalan minggir sendiri”, yaiyalah kalo gak minggir mah udah ketabrak ! udah gitu jalannya juga ngebut banget di dalam bus itu gue ngerasa kayanya nyawa gue udah ada di ujung rambut mirip kayak naik wahana tornado di dufan, niatnya mau menikmati perjalanan sambil ngeliat pemandangan sekitar ehh malah jadi horor gini, alhasil gue lebih milih berusaha tidur walaupun kenyataannya gak bisa tidur yaudahlah pokoknya gue meremin mata aja sambil disertai dzikir di dalam hati, entah apa yang ada dipikiran si supir bus, mungkin dia lagi mendalami peran untuk ikutan casting film The Fast And The Furious 8 buat gantiin perannya paul walker.

Akhirnya tepat pukul 11.35 wib gue dan rombongan tiba di wonosobo, disini kami sudah ditunggu sama pak selamet dia orang yang akan nganter kami sampai ke patak banteng yang merupakan jalur pendakian untuk ke gunung prau, disini pak selamet memasang tarif 20rb/org. Masih menggunakan kendaraan tipe mini bus, disini pak selamet nyupirnya santai gak ugal ugalan kaya supir bus purwokerto dan orangnya juga ramah asik banget di ajak ngobrol, dia nawarin ke kita buat istirahat sambil makan siang akhirnya kamipun mengiyakan tawaran pak selamet, dibawalah kami kesalah satu tempat makan di wonosobo yang bertemakan prasmanan karna perut udah lapar yaudah akhirnya ngantri buat ambil makanan kata pak selamet ini tempat makan lumayan murah dan enak karena pilihan menunya banyak, benar memang menunya banyak sampai pada akhirnya ada salah satu menu yang buat gue dan lainnya heran pas mau ngambil, bentuknya aneh, mirip ayam kecap tapi aneh gak menyerupai ayam pada umumnya temen gue bilang gini,

“heh ini kaya ayam yaa tapi aneh dah”

“inimah burung puyuh nih pasti,sikat !”

sampai akhirnya ada suara misterius berkata “itu kodok mas”, “HAH KODOK !” dan akhirnya kamipun melewatkan kodok tersebut,  disini gue dan lainnya merasa bersyukur karna ada suara malaikat tak bersayap dari pelayan rumah makan, coba kalo ngga, yaah mungkin itu kodok udah terjun bebas ke dalem perut. Hiaksss !

Selesai makan siang kami segera bergegas berangkat, perjalanan cukup membuat kami jenuh karna macet, pak selamet bilang katanya kawasan dieng emang lagi ramai banget karena musim liburan dan momentnya 17an. Akhirnya pukul 15.00 wib kami sampai di patak banteng gak buang waktu gue dengan yang lainnya langsung mengurus simaksi yang dikenakan biaya 10rb/org, karna waktu juga udah cukup sore jam 15.30 wib kami pun berangkat menaiki gunung dengan harapan bisa sampai di atas sebelum gelap tiba, sebelum perjalanan kami tak lupa berdoa kepada sang maha kuasa untuk selalu diberikan perlindungan, Bismillah ! perjalanan lumayan terasa berat dikarenakan kondisi trek yang berdebu sehingga membuat nafas terasa sesak tapi kami semua tetap semangat melanjutkan perjalanan melewati beberapa pos sambil sesekali istirahat. Waktu semakin sore cuaca perlahan sudah mulai gelap di salah satu pos pemberhentian kami memutuskan untuk membagi menjadi 2 kelompok dengan maksud ada kelompok yang jalan duluan untuk mencari spot mendirikan tenda dan masak akhirnya gue dan 4 orang lainnya jalan duluan di perjalanan yang treknya semakin menanjak  debu semakin banyak yang membuat nafas semakin sesak dan langkah kaki tersa berat yang membuat gue dan lainnya baru jalan sedikit langsung istirahat, hingga tak terasa malam dan gelapun datang bersamaan, akhirnya kami menyiapkan senter untuk penerangan dan jaket untuk dipakai sebagai penghangat dari dinginnya angin malam gunung prau,kamipun melanjutkan perjalanan.

Sekitar pukul 19.00 wib  gue bersama 4 orang lainnya tiba di campground dan lekas mencari area untuk mendirikan tenda dan masak kondisi cuaca saat itu disana sangat berdebu dan angin kencang yang membuat badan terasa dingin, bergegas mendirikan  tenda dan mulai mencoba memasak, disini kami semua rata rata pemula yang belum terlalu paham tentang tata cara hidup di alam terbuka saat mencoba masak untuk memenuhi kebutuhan perut dengan niat membuat mie instan secara mengejutkan kompor yang gue pikir udah aman ternyata saat dinyalain malah meledak sampe hampir menimbulkan kebakaran, panik ! kompor gue lempar ! gue siram pake pasir dengan maksud supaya apinya kecil alhasil gua panik kebingungan, orang- orang disekitar tenda gue pada keluar gue sempet minta tolong sama salah satu dari mereka singkat percakapannya gini nih,

“bang … tolong bantuin bang matiin apinya”

“udah gapapa, diemin aja sampe gas nya abis”

“lah, nanti klo meledak gimana ?”

“gabakal meledak, paling klo meledak … juga dikit”(ini jawaban paling NGESELIN)

“WHAT ?! DIKIT ?! WOY ! MATA LO BERKIBAR ! TETEP AJALAH ADA MELEDAKNYA !!!!” (ini gue ngomong dalam hati)

Beruntung waktu itu ada orang yang berbaik hati mau matiin itu kompor, sama dia ditutupin pake kain terus disiram pake pasir sampe kompornya kekubur sampai akhirnya padam, setelah padam gue menghampiri kompor tersebut dan membuka kain yang menutupinya ternyata kondisinya sudah kronis dan gak bisa ketolong lagi nasibnya seperti korban tabrak lari yang ditutupi koran, tragis,sambil menghela nafas panjang gue bersama teman gue yang lainnya berusaha mengikhlaskan kepergian si kompor. Akhirnya setelah insiden tersebut kami memutuskan tidak akan memasak dan menunggu rombongan kami yang masih dalam perjalanan menuju campground.

Pukul 20.00 wib rombongan yang lainya tiba karena cuaca semakin dingin kami memutuskan segera mendirikan tenda dan langsung istirahat, udara malam saat itu sangat dingin tidurpun berasa tak nyenyak meski berada di dalam tenda dan diselimuti sleeping bag yang akhirnya membuat gelisah dan ingin keluar dari tenda meski harus melawan angin malam yang akhirnya membuat gue tersadar bahwa pemandangan di luar malam itu memang sedang cantik cantiknya, ribuan bintang bertebaran dilangit seolah olah sangat dekat  mungkin ini hal yang lumrah terjadi diatas gunung tapi malam itu terasa begitu menakjubkan yang sayang kalau tidak di abadikan, wow it’s amazing !




(Gambar diatas diambil menggunakan DSLR Nikon D3200, Ss.30,  f.3.5, ISO.1600)



Puas melihat pemandangan malam itu akhirnya membuat rasa kantuk datang yang membuat tubuh ini terdorong untuk kembali istirahat di tenda, pagi haripun tiba, senin 17 Agustus 2015 pukul 04.00 wib gue bersama dengan sahabat gue yang lainnya bangun tentu saja untuk melihat golden sunrise yang menjadi buah bibir banyak orang dan bukan hanya untuk golden sunrise, ini merupakan pagi di tanggal 17 Agustus dimana diperingati sebagai hari kemerdekaan republik Indonesia, yak, kita semua hanyut dalam suasana hikmat upacara kemerdekaan hari itu, semua orang disana mengibarkan bendera merah putih ditemani suasana pagi yang begitu indah dengan golden sunrisenya gunung prau.



(Golden Sunrise Prau)

(Lisa x Golden Sunrise)

Lagu Indonesia raya mulai berkumandang dari berbagai sudut meskipun terpencar di berbagai penjuru dan kurang kompak tapi hari itu benar benar terasa sungguh hikmat seraya lagu Indonesia raya menyatukan semua orang disana dalam satu rasa, yak, rasa nasionalisme.

(View point Mt.Sindoro,Sumbing,Merbabu)

(Bayu with jacket gunung yang lebih mirip jacket Go-Jek)

(Gandeng Crew, Atas Ki-Ka : Rendi, Fath, Roy, Bayu, Yugie, Iqbal, Lisa, Cyndiko, Dhoni, Abdul, Hamdan, AndikoBawah Ki-Ka : Lucky, Adit, Apdul)

From Prau With Love, sebenarnya ini salah satu tag line yang ada di kota bandung yang gue lihat pas main kesana, gue hanya memodifikasinya sedikit dari yang awalnya “From Bandung With Love” menjadi “From Prau With Love”. Tapi kalimat ini bukan tanpa alasan gue angkat sebagai judul dari tulisan ini, karena disini gue sangat merasa mencintai dan dicintai, karena trip ini bisa bikin tambah cinta sama negara ini setelah apa yang gue lihat dan alami ini sendiri dan disini juga gue ngerasa adanya rasa saling mengasihi dengan sahabat-sahabat gue,mulai dari tolong menolong dan melindungi satu sama lain, ahhh segala suasana memang terasa indah bila dibumbui dengan rasa cinta. Terimakasih Tuhan, karena telah menitipkan serpihan surga di tanah airku ini dan terimakasih sahabat, kalian telah berhasil membumbui perjalanan ini dengan penuh rasa cinta. Semoga ocehan ini menjadi doa yang akan membawa kita kembali lagi ketempat ini. Amin !