Liburan yang
direncanakan tiba, sebagai wajarnya mahasiswa yang juga manusia biasa yang
perlu sedikit waktu luang yang digunakan untuk sejenak melupakan hal-hal yang
dianggap membebankan pikiran dan batin yang bisa menyebabkan serangan jantung,impotensi,gangguan
pernapasan, kehamilan dan janin,LAH !
Oke serius, liburan
kali ini gue bersama sahabat-sahabat memutuskan untuk melakukan trip ke gunung
prau, dieng – wonosobo yang memiki ketinggian 2565 Mdpl. Ini liburan yang amat
sangat terencana dan beruntungnya ini terealisasi, thanks God ! disini
ceritanya gue sebagai pencetus rencana ini dan ternyata sahabat gue semuanya excited banget, dimulai dari sini gue
mulai bikin coret coretan rundown,estimasi biaya dan tetek bengek-nya (tetek bengek : istilah yang gue tau dari bokap
yang artinya “dan lain-lain”) kami semua sepakat trip ini akan diadakan pada 17
Agustus yang bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia, Yoi kita upacara di
gunung men ! jujur bayangan gue udah keren banget upacara digunung yang buat gue pribadi ini hal anti
mainstream yang akan gue lakuin, Yeay !
Hal pertama yang gue
lakukan adalah mencari informasi akses kesana dan ternyata ada 2 transportasi yang
bisa dipilih, pakai bus atau kereta yang masing – masing punya keunnggulannya yaitu
kalau pakai bus perjalanan 12 jam dari jakarta langsung sampai di wonosobo
kalau pakai kereta bisa lebih dari 12 jam soalnya perlu transit di
purwokerto dan harus nyari kendaraan
menuju wonosobo, intinya kalo ngebus gak perlu transit dan kalo ngekereta wajib transit. kalo kekurangannya sih ada,
humm tapi menurut gue apapun kekurangannya kalo dilakukan bersama sama pasti
akan terasa ringan kok yaa berasa asik aja dan gak ngerasa jadi beban, percaya
deh. Dan akhirnya kami sepakat milih transportasi kereta alasannya sih mau
nyobain naik kereta, bukannya kita norak tapi rata-rata keseringan naik kereta
sekitaran jabodetabek aja makanya mau nyobain yang luar jabodetabek sekalian.
Sabtu, 15
Agustus 2015 gue bersama yang lainnya
berangkat tepat pukul 21.00 wib dari stasiun senen Jakarta, biarpun kereta yang dinaikin kelas ekonomi overall suasananya nyaman dan aman kok
selama perjalanan, gue pikir setelah subsidi untuk transportasi kereta di cabut
sama pemerintah, kondisi transportasi ini bakalan jadi semerawut, ternyata
enggak, rapih, itu kesannya buat transportasi
kereta, hebat lah pokoknya. Menurut jadwal, kereta tiba di purwokerto minggu,16
Agustus 2015 pukul 08.45, sampai di stasiun purwokerto kami istirahat sebentar
sambil nunggu jemputan mini bus yang akan antar kami ke wonosobo, waktu tempuh
dari purwokerto ke wonosobo memakan waktu 3 jam akhirnya pukul 09.30 wib
jemputan datang dan kamipun bergegas
berangkat, oiya tarif mini bus ini 35rb/org sampai wonosobo, dari wonosobo
harus transit dan naik kendaraan lagi untuk sampai di dieng plateu atau patak
banteng. Selama di perjalanan di bus ini kesannya tuh Horor ! gue baru tau ternyata supir bis disini kalo nyetir ugal
ugalan setiap jalan ambil jalur kanan terus di depan ada motor yang berlawanan
arah jalannya juga bodo amat, gas terus ! kata kerneknya, “itu motor bakalan minggir sendiri”, yaiyalah kalo gak minggir mah
udah ketabrak ! udah gitu jalannya juga ngebut banget di dalam bus itu gue
ngerasa kayanya nyawa gue udah ada di ujung rambut mirip kayak naik wahana
tornado di dufan, niatnya mau menikmati perjalanan sambil ngeliat pemandangan
sekitar ehh malah jadi horor gini, alhasil gue lebih milih berusaha
tidur walaupun kenyataannya gak bisa tidur yaudahlah pokoknya gue meremin mata
aja sambil disertai dzikir di dalam hati, entah apa yang ada dipikiran si supir
bus, mungkin dia lagi mendalami peran untuk ikutan casting film The Fast
And The Furious 8 buat gantiin perannya paul walker.
Akhirnya tepat pukul
11.35 wib gue dan rombongan tiba di wonosobo, disini kami sudah ditunggu sama
pak selamet dia orang yang akan nganter kami sampai ke patak banteng yang
merupakan jalur pendakian untuk ke gunung prau, disini pak selamet memasang
tarif 20rb/org. Masih menggunakan kendaraan tipe mini bus, disini pak selamet
nyupirnya santai gak ugal ugalan kaya supir bus purwokerto dan orangnya juga ramah
asik banget di ajak ngobrol, dia nawarin ke kita buat istirahat sambil makan
siang akhirnya kamipun mengiyakan tawaran pak selamet, dibawalah kami kesalah
satu tempat makan di wonosobo yang bertemakan prasmanan karna perut udah lapar
yaudah akhirnya ngantri buat ambil makanan kata pak selamet ini tempat makan
lumayan murah dan enak karena pilihan menunya banyak, benar memang menunya
banyak sampai pada akhirnya ada salah satu menu yang buat gue dan lainnya heran
pas mau ngambil, bentuknya aneh, mirip ayam kecap tapi aneh gak menyerupai ayam
pada umumnya temen gue bilang gini,
“heh ini kaya ayam yaa
tapi aneh dah”
“inimah burung puyuh
nih pasti,sikat !”
sampai akhirnya ada
suara misterius berkata “itu kodok mas”, “HAH KODOK !” dan akhirnya kamipun
melewatkan kodok tersebut, disini gue dan
lainnya merasa bersyukur karna ada suara malaikat tak bersayap dari pelayan
rumah makan, coba kalo ngga, yaah mungkin itu kodok udah terjun bebas ke dalem
perut. Hiaksss !
Selesai makan siang
kami segera bergegas berangkat, perjalanan cukup membuat kami jenuh karna
macet, pak selamet bilang katanya kawasan dieng emang lagi ramai banget karena
musim liburan dan momentnya 17an. Akhirnya pukul 15.00 wib kami sampai di patak
banteng gak buang waktu gue dengan yang lainnya langsung mengurus simaksi yang
dikenakan biaya 10rb/org, karna waktu juga udah cukup sore jam 15.30 wib kami
pun berangkat menaiki gunung dengan harapan bisa sampai di atas sebelum gelap
tiba, sebelum perjalanan kami tak lupa berdoa kepada sang maha kuasa untuk
selalu diberikan perlindungan, Bismillah
! perjalanan lumayan terasa berat dikarenakan kondisi trek yang berdebu
sehingga membuat nafas terasa sesak tapi kami semua tetap semangat melanjutkan
perjalanan melewati beberapa pos sambil sesekali istirahat. Waktu semakin sore
cuaca perlahan sudah mulai gelap di salah satu pos pemberhentian kami
memutuskan untuk membagi menjadi 2 kelompok dengan maksud ada kelompok yang
jalan duluan untuk mencari spot mendirikan tenda dan masak akhirnya gue dan 4
orang lainnya jalan duluan di perjalanan yang treknya semakin menanjak debu semakin banyak yang membuat nafas semakin
sesak dan langkah kaki tersa berat yang membuat gue dan lainnya baru jalan
sedikit langsung istirahat, hingga tak terasa malam dan gelapun datang
bersamaan, akhirnya kami menyiapkan senter untuk penerangan dan jaket untuk
dipakai sebagai penghangat dari dinginnya angin malam gunung prau,kamipun
melanjutkan perjalanan.
Sekitar pukul 19.00
wib gue bersama 4 orang lainnya tiba di
campground dan lekas mencari area untuk mendirikan tenda dan masak kondisi
cuaca saat itu disana sangat berdebu dan angin kencang yang membuat badan
terasa dingin, bergegas mendirikan tenda
dan mulai mencoba memasak, disini kami semua rata rata pemula yang belum
terlalu paham tentang tata cara hidup di alam terbuka saat mencoba masak untuk
memenuhi kebutuhan perut dengan niat membuat mie instan secara mengejutkan
kompor yang gue pikir udah aman ternyata saat dinyalain malah meledak sampe
hampir menimbulkan kebakaran, panik ! kompor gue lempar ! gue siram pake pasir dengan
maksud supaya apinya kecil alhasil gua panik kebingungan, orang- orang
disekitar tenda gue pada keluar gue sempet minta tolong sama salah satu dari
mereka singkat percakapannya gini nih,
“bang … tolong bantuin
bang matiin apinya”
“udah gapapa, diemin
aja sampe gas nya abis”
“lah, nanti klo meledak
gimana ?”
“gabakal meledak,
paling klo meledak … juga dikit”(ini jawaban paling NGESELIN)
“WHAT ?! DIKIT ?! WOY !
MATA LO BERKIBAR ! TETEP AJALAH ADA MELEDAKNYA !!!!” (ini gue ngomong dalam
hati)
Beruntung waktu itu ada
orang yang berbaik hati mau matiin itu kompor, sama dia ditutupin pake kain
terus disiram pake pasir sampe kompornya kekubur sampai akhirnya padam, setelah
padam gue menghampiri kompor tersebut dan membuka kain yang menutupinya
ternyata kondisinya sudah kronis dan gak bisa ketolong lagi nasibnya seperti
korban tabrak lari yang ditutupi koran, tragis,sambil menghela nafas panjang
gue bersama teman gue yang lainnya berusaha mengikhlaskan kepergian si kompor.
Akhirnya setelah insiden tersebut kami memutuskan tidak akan memasak dan
menunggu rombongan kami yang masih dalam perjalanan menuju campground.
Pukul 20.00 wib
rombongan yang lainya tiba karena cuaca semakin dingin kami memutuskan segera
mendirikan tenda dan langsung istirahat, udara malam saat itu sangat dingin
tidurpun berasa tak nyenyak meski berada di dalam tenda dan diselimuti sleeping
bag yang akhirnya membuat gelisah dan ingin keluar dari tenda meski harus
melawan angin malam yang akhirnya membuat gue tersadar bahwa pemandangan di
luar malam itu memang sedang cantik cantiknya, ribuan bintang bertebaran
dilangit seolah olah sangat dekat mungkin ini hal yang lumrah terjadi diatas
gunung tapi malam itu terasa begitu menakjubkan yang sayang kalau tidak di
abadikan, wow it’s amazing !
(Gambar diatas diambil menggunakan DSLR Nikon D3200, Ss.30, f.3.5, ISO.1600)
Puas melihat pemandangan malam itu akhirnya
membuat rasa kantuk datang yang membuat tubuh ini terdorong untuk kembali
istirahat di tenda, pagi haripun tiba, senin 17 Agustus 2015 pukul 04.00 wib
gue bersama dengan sahabat gue yang lainnya bangun tentu saja untuk melihat golden sunrise yang menjadi buah bibir
banyak orang dan bukan hanya untuk golden sunrise, ini merupakan pagi di
tanggal 17 Agustus dimana diperingati sebagai hari kemerdekaan republik
Indonesia, yak, kita semua hanyut dalam suasana hikmat upacara kemerdekaan hari
itu, semua orang disana mengibarkan bendera merah putih ditemani suasana pagi
yang begitu indah dengan golden sunrisenya gunung prau.
(Golden Sunrise Prau) |
(Lisa x Golden Sunrise) |
Lagu Indonesia raya mulai berkumandang dari
berbagai sudut meskipun terpencar di berbagai penjuru dan kurang kompak tapi
hari itu benar benar terasa sungguh hikmat seraya lagu Indonesia raya
menyatukan semua orang disana dalam satu rasa, yak, rasa nasionalisme.
(View point Mt.Sindoro,Sumbing,Merbabu) |
(Bayu with jacket gunung yang lebih mirip jacket Go-Jek) |
(Gandeng Crew, Atas Ki-Ka : Rendi, Fath, Roy, Bayu, Yugie, Iqbal, Lisa, Cyndiko, Dhoni, Abdul, Hamdan, AndikoBawah Ki-Ka : Lucky, Adit, Apdul) |
From Prau With Love, sebenarnya ini salah
satu tag line yang ada di kota
bandung yang gue lihat pas main kesana, gue hanya memodifikasinya sedikit dari
yang awalnya “From Bandung With Love”
menjadi “From Prau With Love”. Tapi kalimat
ini bukan tanpa alasan gue angkat sebagai judul dari tulisan ini, karena disini
gue sangat merasa mencintai dan dicintai, karena trip ini bisa bikin tambah cinta sama negara ini setelah apa yang
gue lihat dan alami ini sendiri dan disini juga gue ngerasa adanya rasa saling
mengasihi dengan sahabat-sahabat gue,mulai dari tolong menolong dan melindungi
satu sama lain, ahhh segala suasana memang terasa indah bila dibumbui dengan rasa
cinta. Terimakasih Tuhan, karena telah
menitipkan serpihan surga di tanah airku ini dan terimakasih sahabat, kalian
telah berhasil membumbui perjalanan ini dengan penuh rasa cinta. Semoga ocehan
ini menjadi doa yang akan membawa kita kembali lagi ketempat ini. Amin !